Jangang (Makassar) yang berarti ayam, merupakan kata yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Gilbert Hamonic menyebutkan bahwa kultur bugis sangat kental dengan mitologi ayam, bahkan Raja Gowa XVI, I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin mendapat gelar Ayam Jantan Dari Timur.
Tanda kekalahan biasanya berupa ayam lari dari arena, ayam mati terkena taji atau ayam diam saat diserang. Selama beradu, pemilik ayam berada di luar arena dan tidak boleh masuk kecuali untuk mengambil ayamnya yang sudah kalah bertanding.
jika ayam diaam saat diserang, ayam akan dinyatakan kalah. Akan tetapi untuk memastikannya, sang pemiliknya akan mengambil ayamnya lalu memasangkan kayu bercagak yang telah disiapkan pada leher ayam. Setelah itu ayam yang menang diminta mematuk kepala ayam tersebut.
Jika dapat mematuk sampai 3 kali, maka ayam tersebut akan dinyatakan menang, dan apabila ayam tersebut tidak bisa mematuk 3 kali maka permainan di anggap seri.
Selain judi, pada sabung ayam dilakukan biasanya ayam akan dilengkapi oleh senjata yang mematikan dan biasanya ditempatkan pada kaki kaki ayam yang diadukan, yaitu sebuah pisau kecil dan sangat tajam. Biasanya ayam yang akan diadukan adalah pejantan dan akan saling mengalahkan, hingga salah satu mengalah atau mati di dalam arena.
Demikian artikel Mengenal Lebih Jauh Mengenai Sabung Taji Toraja Asli Indonesia.Semoga membantu