Juara Sabung Ayam: Si Jago Merah dari Tanah Bugis

taruhansv388  Di arena sabung ayam tradisional di pelosok Tanah Bugis, nama “Si Jago Merah” sudah menjadi legenda. Ayam jantan jenis Bangkok-Majalaya hasil kawin silang ini telah mengukir prestasi luar biasa selama dua tahun terakhir.

Dipelihara oleh H. Andi Rasyid, peternak sekaligus pehobi sabung ayam sejak muda, Si Jago Merah bukan hanya simbol kekuatan, tapi juga strategi. “Dia tidak hanya mengandalkan tenaga, tapi juga cerdik. Setiap gerakannya seperti sudah diperhitungkan,” ujar H. Rasyid.

Dalam turnamen sabung ayam skala lokal dan regional, Si Jago Merah telah mencetak rekor 19 kali menang tanpa kalah. Ia dikenal memiliki pukulan yang akurat dan daya tahan luar biasa, berkat latihan khusus dan pakan herbal racikan sendiri. Setiap pagi, ayam ini dilatih sprint ringan di halaman, mandi air hangat, dan diberi minuman kunir asam untuk menjaga stamina.

“Yang membedakan dia dari ayam lain adalah nalurinya. Dia bisa membaca pergerakan lawan dan tahu kapan harus menyerang atau menghindar,” tambah Dullah, asisten H. Rasyid yang merawat Si Jago Merah sejak kecil.

Kontroversi dan Kearifan Lokal

Meski sabung ayam kerap dikaitkan dengan perjudian ilegal, di beberapa daerah, praktik ini masih dijalankan secara adat dalam konteks budaya. Turnamen yang diikuti Si Jago Merah adalah bagian dari perayaan panen dan tradisi lokal, tanpa unsur taruhan uang.

Pemerintah desa pun memberi ruang terbatas untuk situs terpercaya sv388  pelestarian budaya ini, dengan pengawasan ketat agar tidak disalahgunakan. “Kita menghargai tradisi, tapi tetap harus menjaga agar tidak keluar dari jalur hukum dan etika,” kata Kepala Desa setempat.

Akhir Karier dan Warisan

Di usia tiga tahun lebih, Si Jago Merah akhirnya pensiun. Ia kini menjadi ayam pejantan induk di peternakan H. Rasyid. Anak-anaknya, yang disebut “Generasi Merah”, telah mulai menunjukkan taji di berbagai ajang kecil.

Bagi komunitas sabung ayam tradisional, Si Jago Merah bukan hanya ayam juara. Ia adalah simbol dedikasi, kearifan lokal, dan cinta pada budaya nenek moyang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *